Saturday, November 5, 2011

Rifampisin

Rifampisin
Rifampin (C43H58N4O12)

Rifampisin merupakan serbuk kristal merah-coklat dan sangat sedikit larut dalam air dan sedikit larut dalam alkohol. Obat ini mempunyai pKa 7,9
Larut dalam  kloroform, DMSO, etil asetat, metanol, tetrahidrofuran.
 
Kelas terapi : Anti Infeksi

Nama Dagang : Rifampisin (Generik), Kombipak I, II, III, IV (Generik), Rimactazid / Rimactazid Paed

Bentuk Sediaan : Kapsul, Kaptab, Sirup

Indikasi : 
  • Tuberkulosis, dalam kombinasi dengan obat lain
  • Infeksi M. Leprae
  • Profilaksis meningitis meningococcal dan infeksi haemophilus influenzae
  • Brucellosis, penyakit legionnaires, endocarditis dan infeksi staphylococcus yang berat  dalam kombinasi dengan obat lain.
 
Dosis :   
Terapi Tuberkulosis 
  • Bayi dan anak-anak < 12 tahun :
Terapi harian : 10 – 20 mg/kg/hari biasanya sebagai dosis tunggal  (maksimal 600 mg/hari)
Dua kali seminggu DOT (directly observed therapy) : 10 – 20 mg/kg (maksimal 600 mg/hari)
  • Dewasa :
Terapi harian : 10  mg/kg/hari biasanya sebagai dosis tunggal (maksimal 600 mg/hari)
Dua kali seminggu DOT (directly observed therapy) : 10 mg/kg  (maksimal 600 mg/hari) ; 3 kali/minggu : 10 mg/kg (maksimal 600 mg/hari)
Infeksi tuberkulosis latent (yang belum nampak): sebagai alternatif untuk isoniazid : 
  • Anak-anak : 10 – 20 mg/kg/perhari (maksimal : 600 mg/hari) selama 6 bulan
  • Dewasa : 10 mg/kg/hari (maksimal : 600 mg/hari) selama 4 bulan 
    Profilaksis H. Influenzae  (unlabeled use):
  • Bayi dan anak-anak : 20 mg/kg/hari tiap 24 jam selama 4 hari, tidak lebih dari 600 mg/dosis
  • Dewasa : 600 mg setiap 24 jam selama 4 hari
Staphylococcus aureus pada nasal carrier (unlabeled use):
  • Anak-anak: 15 mg/kg/hari dibagi tiap 12 jam selama 5 – 10 hari dalam kobinasi dengan antibiotik lain
  • Dewasa : 600 mg/hari selama 5 – 10 hari dalam kombinasi dengan antibiotik lain

Farmakologi :
  • Absorbsi : Oral : diabsorpsi dengan baik; makanan dapat mengakibatkan penundaan absorpsi (delay) atau sedikit menurunkan kadar puncak  
  • Distribusi : sangat lipofilik , dapat menembus sawar darah otak (bood-brain barrier) dengan baik
  • Metabolisme : Hepatik; melalui resirkulasi enterohepatik  
  • Ekskresi : Feses (60% - 65%) dan urin (~ 30%)  sebagai  obat yang tidak berubah  
  • T½ eliminasi : 3-4 jam; waktu tersebut akan memanjang pada gagal hepar; gagal ginjal terminal : 1,8-11 jam.
  • Difusi relatif dari darah ke dalam cairan serebrospinal : adekuat dengan atau tanpa inflamasi 
  • Waktu untuk mencapai kadar puncak, serum: oral : 2-4 jam

Mekanisme Kerja :
Menghambat sintesis RNA bakteri dengan  mengikat subunit beta dari DNA-dependent RNA polymerase, menghambat transkripsi RNA

Kontraindikasi :
Hipersensitivitas terhadap rifampisin atau komponen lain yang terdapat dalam  sediaan; penggunaan bersama amprenavir, saquinafir/rotonavir (kemungkinan dengan proease inhibitor), jaundice (penyakit kuning)

EfekSamping : 
Gangguan saluran cerna seperti anoreksia, mual, muntah, diare (dilaporkan terjadi kolitis karena penggunaan antibiotika); sakit kepala, drowsiness; gejala berikut terjadi terutama pada terapi intermitten termasuk gelala  mirip influenza ( dengan chills, demam, dizziness, nyeri tulang), gejala pada respirasi (termasuk sesak nafas), kolaps dan shock, anemia hemolitik, gagal ginjal akut, dan trombositopenia purpura; gangguan fungsi liver, jaundice(penyakit kuning); flushing, urtikaria dan rash; efek samping lain dilaporkan : edema, muscular weakness dan myopathy, dermatitis exfoliative, toxic epidermal necrolysis, reaksi pemphigoid, leucopenia, eosinophilia, gangguan menstruasi; urin, saliva dan sekresi tubuh yang lain berwarna orange-merah; tromboflebitis dilaporkan pada penggunaan secara infus pada periode yang lama.

Interaksi dengan obat lain : 
  • Efek Cytochrome P450 : substrat CYP2A6, 2C8/9, 3A4 (major) ; Induksi CYP1A2 (kuat) ,2A6 (kuat), 2B6 (kuat), 2 C8/9(kuat), 2C19 (kuat), 3A4 (kuat).
  • Meningkatkan efek/toksisitas : Rifampisin dapat meningkatkan efek terapeutik clopidogrel, penggunaan bersama dengan isoniazid pyrazinamide atau protease inhibitor (amprenavir saquinavir/ritonavir) dapat meningkatkan resiko hepatotoksisitas; antibiotika makrolida dapat meningkatkan kadar/toksisitas rifampin.
  • Menurunkan efek : Rifampisin dapat menurunkan efek/kadar obat-obat berikut: asetaminofen, alfentanil, amiodaron,angiotensin II receptor blocker (irbesartan dan losartan), 5-HT3 antagonis, antifungi imidazol,aprepitant, barbiturat, benzodiazepin (dimetabolisme melalui oksidasi), beta blocker, buspiron, calsium channel blocker, kloramfenikol, kortikosteroid, siklosporin;  substrat CYP1A2, 2A6, 2B6, 2C8/9, 2C19 DAN 3A4 (contoh : aminofilin, amiodaron, bupropion, fluoksetin, fluvoksamin, ifosfamid, methsuksimid, mirtazapin, nateglinid, pioglitazon, promethazin, inhibitor pompa proton, ropinirol, rosiglitazon, selegilin, sertralin, teofilin, venlafaxin dan zafirlukast; dapson, disopiramid, kontrasepsi estrogen dan progestin, feksofenadin, flukonazol, asam fusidat, HMG-CoA reductase inhibitor, metadon, morfin, fenitoin, propafenon, inhibitor protease, quinidin, repaglinid, inhibitor reverse transkriptase  (non-nucleoside), sulfonilurea, takrolimus, tamoksifen, terbinafin, tocainide, antidepresan trisiklik, warfarin,zaleplon, zidovudin, zolpidem. Efek rifampisin diturunkan oleh inducer CYP2A6, 2C8/9, dan 3A4  (seperti : aminoglutethimide, barbiturat, karbamazepin, nafcillin, nevirapin dan fenitoin)    
 
Interaksi dengan makanan : 
  • Makanan menurunkan absorbsi; konsentrasi rifampin dapat diturunkan jika digunakan bersama dengan makanan
  • Hindari  ethanol (dapat meningkatkan resiko hepatotoksisitas)
  • St.John’s wort dapat menurunkan kadar rifampisin 
Pengaruh terhadap kehamilan :
Resiko terjadinya perdarahan pada neonatal dapat meningkat

Peringatan : 
Kerusakan hati ( periksa tes fungsi hati dan pemeriksaan darah pada gangguan hati, ketergantungan alkohol, dan pada terapi dalam jangka waktu yang lama); kerusakan ginjal (jika digunakan dosis di atas 600 mg sehari); kehamilan dan menyusui;  porfiria; Penting : pasien yang menggunakan hormon kontrasepsi disarankan untuk  menggantinya dengan alternatif kontrasepsi lain seperti IUD, karena efek obat kontrasepsi menjadi tidak efektif akibat adanya interaksi obat.

Informasi Pasien : 
  • Jumlah  dan frekuensi  penggunaan obat tergantung dari   beberapa faktor, seperti  kondisi pasien, umur dan berat badan. Bila anda mempunyai pertanyaan yang berkaitan dengan jumlah dan/ frekwensi pemakaian obat tanyakan pada dokter atau apoteker 
  • Obat ini menyebabkan warna merah pada urin, keringat, saliva dan air mata.
  • Obat ini juga dapat menimbulkan noda permanen pada lensa kontak.
  • Rifampisin harus digunakan pada saat lambung kosong, gunakan 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan dengan segelas air.
  • Segera memeriksakan diri ke dokter bila timbul demam, hilang nafsu makan, tidak enak badan, mual, muntah, urin berwarna gelap, perubahan warna kulit dan mata  menjadi kekuningan atau nyeri atau bengkak pada persendian.
  • Gunakan obat ini sedikitnya 1 jam sebelum menggunakan antasida.
  • Obat ini hanya digunakan oleh  pasien yang mendapat resep. Jangan diberikan pada orang lain.
 
Monitoring Penggunaan Obat :
Periodik (sebelum pengobatan dan tiap 2 – 4 minggu selama terapi) monitoring fungsi hati (AST, ALT, bilirubin), CBC; status fungsi hati dan mental  , kultur sputum, x-ray dada 2 – 3 bulan pengobatan 

Penyimpanan : 
  • Vial yang utuh harus disimpan pada suhu kamar dan dihindarkan dari cahaya dan panas yg berlebihan. Rekonstitusi serbuk untuk injeksi dengan SWFI; untuk injeksi larutkan dalam sejumlah volume yg tepat dengan cairan yang kompatibel (contoh : 100 ml D5W).
  • Vial yang telah direkontitusi stabil selama 24 jam pada suhu kamar.Stabilitas parenteral admixture pada penyimpanan suhu kamar (25°C) adalah 4 jam untuk pelarut D5W dan 24 jam untuk pelarut NS
Dapus : 
  • MIMS Indonesia 2006/2007
  • AHFS Drug Information 2005
  • Drug Fact & Comparisons  2003
  • Farmakope Indonesia IV. 1995. 
  • Drug Information Handbook

No comments:

Post a Comment